Pengembangan Produk Pariwisata di Kampung Dago Pojok
Atas rasa kepedulian yang tinggi terhadap perkembangan pariwisata di Kota Bandung, yang tampaknya tidak menyentuh lapisan masyarakat kampung di pinggiran Kota Bandung, maka disusunlah suatu tesis menyangkut salah satu Kampung Kreatif di Kota Bandung. Dalam tesis ini akan dibahas mengenai “Pengembangan Produk Pariwisata Perdesaan di Kampung Dago Pojok”. Berkembangnya kegiatan-kegiatan kebudayaan dan kegiatan-kegiatan kreatif di Kampung Dago Pojok sebagai respon atas ketidakterlibatan masyarakat dalam perkembangan pariwisata Bandung, merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji. Berangkat dari kekhawatiran masyarakat Kampung Dago Pojok yang tidak ingin tempat tinggalnya terabaikan karena penduduknya keluar mencari nafkah di kota, maka diinisiasi suatu gerakan sosial yang mengembangkan kegiatan budaya sebagai daya tarik wisata. Dengan kekhawatiran seperti itu, masyarakat Kampung Dago Pojok di pinggiran utara Kota Bandung, mencoba menghidupkan kegiatan-kegiatan kebudayaan di lingkungannya, dengan harapan akan bisa menjadi daya tarik untuk menjadi alternatif kunjungan wisatawan. Tesis ini menawarkan model pengembangan produk pariwisata secara terintegrasi dengan membuat perencanaan dan pengelolaan, serta pendidikan dan pelatihan agar kegiatan-kegiatan di kampung tersebut mampu dikelola oleh warga masyarakat sendiri, hingga mewujud sebagai suatu kesatuan produk pariwisata yang layak ditawarkan kepada wisatawan. Setelah produk pariwisata ini terbentuk, maka kedatangan wisatawan pun akan bisa ditingkatkan baik frekuensi maupun kualitas kunjungannya. Untuk presentasinya bisa diunduh di sini.Matikan Handphone Dalam Penerbangan
Saya mendapatkan tulisan ini dalam wall di facebook saya. Paparan ini ditulis tertanda Erva Kurniawan, Direktorat Pesisir dan Lautan, Ditjen KP3K Departemen Kelautan dan Perikanan. Saya melihat tulisan ini sepertinya sangat penting untuk diketahui oleh khalayak luas. Untuk itu saya share dalam blog saya ini. Silahkan disimak.--Rakyat High-Class, Tapi.....
Saya sedih mendengar terbakarnya pesawat Garuda, GA 200 pada tanggal 7 Maret 2007, pukul 07.00 pagi, jurusan Jakarta-Yogyakarta di Bandara Adisucipto. Kejadian itu sungguh menyayat hati dan perasaan. Kemudian saya teringat beberapa bulan yang lalu terbang ke Batam dengan menggunakan pesawat Garuda juga. Di dalam pesawat duduk disamping saya seorang warga Jerman. Pada saat itu dia merasa sangat gusar dan terlihat marah, karena tiba-tiba mendengar suara handphone tanda sms masuk dari salah satu penumpang, di mana pada saat itu pesawat dalam posisi mau mendarat. Orang ini terlihat ingin menegur tetapi tidak berdaya karena bukan merupakan tugasnya.
Langsung saya tanya kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu, kemudian dia bercerita bahwa dia adalah manager salah satu perusahaan industri, di mana dia adalah supervisor khusus mesin turbin. Saat dia melaksanakan tugasnya tiba-tiba mesin turbin mati, setelah diselidiki ternyata ada salah satu petugas sedang menggunakan HP didalam ruangan mesin turbin.
Orang Jerman ini menjelaskan bahwa apabila frekwensi HP dengan mesin turbin ini kebetulan sama dan sinergi ini akan berakibat mengganggu jalannya turbin tersebut, lebih fatal lagi berakibat turbin bisa langsung mati.
Cerita ini langsung saya kaitkan dengan peristiwa di atas, kalau saya tidak salah mendengar mesin pesawat tiba-tiba mati pada saat mau mendarat. Mudah- mudan peristiwa ini bukan akibat HP penumpang. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk masyarakat yang sering bepergian dengan pesawat (KOMPAS).
Rakyat kita ini memang High Class... Handphone-nya Mahal, transportasi pun menggunakan pesawat terbang. Tapi bodohnya gk ketulungan. Ada yang gk tau kenapa larangan itu dibuat, ada yang tau tapi tetap gk peduli... Orang indonesia harus selalu belajar dengan cara yang keras.
Buat yang belum tahu, kenapa gak boleh menyalakan Handphone di pesawat, berikut penjelasannya:
Labels:
Budaya,
Keselamatan,
Penerbangan
Subscribe to:
Posts (Atom)