Strategi ‘Multiple Niche’ Untuk Pengembangan Pariwisata di Indonesia


Sudah sejak sekolah dasar bangsa Indonesia didoktrin dengan pemahaman keberagaman sumber daya di negaranya. Termasuk, saat ini pemikirannya mulai berkembang, pemahaman tentang keberagaman sumber daya atraksi wisata di Indonesia. Namun dalam kehidupan sehari-harinya, tidak banyak orang Indonesia yang menyadari dan mampu mengelola keberagaman ini hingga menghasilkan sesuatu yang produktif.
Dalam bidang pariwisata misalnya, meski sumber dayanya begitu berlimpah, namun para pengusaha perjalanan wisata di Indonesia tampaknya lebih senang untuk melihat apa yang laku dijual oleh tetangganya. Jika tetangganya banyak tamu dengan jualan Kintamani - Besakih Tour, maka diapun tidak ingin repot-repot berinovasi, jadi ya, jual Kintamani - Besakih Tour juga saja.

Sudah saatnya sekarang para pengusaha pariwisata membuka mata lebar-lebar dan melihat sejauh mungkin untuk bisa menawarkan berbagai paket perjalanan wisata untuk niche market yang khusus.

Sementara itu, para pengusaha dari bangsa lain sudah sangat jeli dengan sumber daya pariwisata yang dimiliki negara ini. Pernahkah Anda mendengar Nihiwatu? Raja Ampat? Wakatobi? Mungkin beberapa orang yang membaca blog ini pernah mendengarnya. Tapi lebih mungkin lagi, kebanyakan yang membaca blog ini belum pernah mendengarnya.
Nihiwatu merupakan sebuah kawasan di sebuah kabupaten di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Tempat ini merupakan sebuah resor di mana pengelolanya menyediakan fasilitas untuk menyelam yang sangat lengkap dan profesional. Tamu yang datang ke resor ini banyak yang berasal dari berbagai negara di dunia. Hebatnya lagi, mereka terpaksa harus rela menunggu dalam ‘waiting list’ hingga berbulan-bulan sebelum dapat menikmati fasilitas di Nihiwatu ini. Mengejutkan? Tentu saja. Siapa menyangka di daerah seterpencil ini ada orang yang bisa membuka usaha berkelas internasional, sementara kita tidak pernah mendengarnya sama sekali. Lebih mengejutkan lagi, pengusaha yang jeli ini berkebangsaan Australia.
Di saat tidak ada orang Indonesia yang mengelola kawasan ini, kita tenang-tenang saja. Namun sekarang saat ada seorang berkebangsaan Australia mengelolanya dan menjadi terkenal ke mancanegara, kita mulai meributkan, bagaimana bisa sepotong tanah di kawasan timur Indonesia, dikelola oleh orang dari negara lain? Lebih ribut lagi jika tahu bahwa hal serupa juga lah yang terjadi di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara dan Raja Ampat, di Papua Barat.
Yang lebih unik lagi di Nihiwatu adalah di mana para pelayannya diambil dari penduduk lokal. Mereka semua buta huruf! Sementara kita sering merasa malu akan kekurangan ini, si orang Australia ini malah melihatnya sebagai kekuatan budaya yang secara positioning sangat kuat di pasar mancanegara. Yang ia jual adalah otentisitas.
Sekelumit cerita di atas hanyalah secuil dari potensi yang dimiliki Indonesia khususnya dalam bidang pariwisata. Jika kita jeli, kita memiliki lebih banyak sumber daya pariwisata dari yang bisa kita bayangkan. Contoh sederhana lainnya adalah, Pasar Baru di Bandung. Siapa yang menyangka saat direnovasinya Pasar Baru Bandung, merupakan momentum baru akan terbukanya pasar wisatawan belanja dari Malaysia dan Singapura. Jika kita jeli, sebenarnya kita memiliki lebih banyak niche market yang mampu memberi devisa lebih dari bidang pariwisata.
Sudah saatnya sekarang para pengusaha pariwisata membuka mata lebar-lebar dan melihat sejauh mungkin untuk bisa menawarkan berbagai paket perjalanan wisata untuk niche market yang khusus. Sudah tidak zamannya lagi kita ikut-ikutan menjual Kintamani - Besakih Tour atau Java - Bali Overland secara konvensional. Temukanlah komunitas-komunitas yang ada di dunia ini dan penuhilah kebutuhan-kebutuhan khususnya. Inilah strategi yang paling tepat bagi dunia pariwisata Indonesia untuk mampu menjadi pemimpin pasar di dunia pariwisata internasional. Cari ceruk-ceruk yang khusus, dan buat ceruk-ceruk khusus yang lebih banyak lagi.
Dengan menjual satu ceruk, kita bisa meraih satu segmen pasar yang khusus. Dengan menjual ceruk lainnya, bisa jadi seorang wisatawan yang sama juga memiliki minat di ceruk tersebut. Ini bisa menggandakan jumlah kedatangan wisatawan dari satu negara, dengan cara memenuhi berbagai ceruk keinginan yang mungkin ia miliki.
Jika kita menjual Kintamani - Besakih lalu mendapat tamu orang-orang tua dari Eropa, maka dengan menjual paket trekking Danau Batur (di kawasan Kintamani), kita mungkin bisa meraih orang-orang tua Eropa PLUS orang-orang muda Eropa yang senang sedikit petualangan.
Mari kita buka wawasan. Manfaatkan keragaman sumber daya Indonesia, perbanyak niche kita dan terapkan strategi multiple niche bagi pariwisata Indonesia.

0 comments:

Post a Comment