Sektor-sektor Pembentuk Industri Pariwisata

Selama ini sering dipelajari bahwa ada 6 sektor utama yang membentuk pariwisata. Pengkategorian ini diambil dari pendapat Holloway yang mengkaji tentang industri pariwisata tersebut. Namun pada perkembangannya, saat ini cukup banyak juga pendapat-pendapat lain yang mencoba mengidentifikasi sektor-sektor atau bisnis-bisnis apa saja yang membentuk industri pariwisata ini.

Silahkan bentuk kelompok dalam kelas Anda. Usahakan satu kelompok terdiri dari 4 orang. Sesuaikan dengan jumlah keseluruhan mahasiswa di kelas Anda. Setelah itu, diskusikan dengan kelompok Anda, dan cari pengkategorian yang lain tentang sektor-sektor atau bisnis-bisnis yang membentuk industri pariwisata, dengan mencari teori atau pendapat ahli yang lain selain Holloway.

Tuliskan hasil temuan Anda pada selembar kertas, lengkap dengan nama-nama anggota kelompok Anda, kemudian kumpulkan. Jika di kelas Anda terbentuk misalnya 6 kelompok, maka harus ada enam pengkategorian yang berbeda dari kategori Holloway tersebut.

Selamat bekerja!

Memajukan Pariwisata Indonesia Dengan Cruise

Banyak potensi wisata di Indonesia yang terletak di tempat-tempat yang sulit dijangkau. Para tour operator dari luar negeri (Eropa Barat) sudah lebih dahulu melihat potensi-potensi ini dan mereka lebih cepat menemukan pasar untuknya. Karena perkembangan wisata kapal pesiar juga sudah lebih dulu berkembang di negara-negara barat, maka tidak sulit bagi mereka untuk 'mengeksploitasi' potensi wisata yang sulit dijangkau tersebut yakni dengan menggunakan kapal pesiar.

Tempat-tempat seperti Wakatobi, Raja Ampat, merupakan sebagian dari tempat-tempat indah yang berhasil ditemukan oleh para tour operator tersebut. Mereka mampu menjangkau dan menemukan tempat-tempat itu dengan cara menyelenggarakan paket wisata menggunakan kapal pesiar, atau Cruiseship. Jika saat ini banyak keluhan baik dari pihak pemerintah pusat, para pengusaha perjalanan, maupun pemerintah daerah, yang mengatakan sulit untuk mengembangkan pariwisata di Indonesia karena akses yang terbatas (oleh banyaknya laut), maka sebetulnya hal tersebut harusnya malah bisa menjadi kekuatan. Indonesia sangat kaya untuk membuat paket-paket wisata kapal pesiar.

Sayangnya, para pengusaha pariwisata dan juga para stakeholder pariwisata di Indonesia, sudah terlanjur terpaku pada paradigma pariwisata berbasis transportasi darat, dan udara. 

Jadi dalam pemikiran mereka pariwisata sama artinya dengan pembangunan jalan raya dan bandar udara. Hal ini memang tidak salah juga.

Unique Sea Transportation for Tourism

As you might have already learnt, in tourism there are several types of transportation being used to fulfill the need of the tourists. In general, there are road transportation, rail transportation, sea transportation, and air transportation. In Indonesia, most of the area of the country is covered by sea. Therefore, to evolve the tourism in this country, it makes more sense if we thrive to use sea transportation.

Like the other modes of transport, sea transportation also serves for three kind of use in the tours and travel industry. That is to serve as modes of transport from the origin country to the country of destination. Then, to serve as modes to explore the destination itself once they get there. The third use is to serve as the tourist attraction itself. 

In order to understand more of the use of sea transportation for tours and travel industry, we should try to explore by ourselves more about the uniqueness of sea transportation in tourism.

Tour Quotation Based on C.A.T.

You can calculate a total tour payment by referring to the prices listed on the C.A.T. (Confidential Agent Tariff). As you already have some sample of the C.A.T., then you should be able to calculate total tour payment when there is a tour request from other tour operator.

It is important for travel agencies to have a confidential agent tariff (C.A.T.) as they will be able to easily provide a much accurate tour calculation once there is a request. For example if there is a request of two or three tours in one day, the agent can just refer to the prices listed in their C.A.T. book and simply accumulate the total payment from that list.

The way to create a C.A.T. itself require other skill, which involved identification of favorable tourist attraction, calculating the timing, choosing the right route, and putting the right tour elements before packaging them in one product. 

The C.A.T. itself will contain dozens of tours with different itineraries, different programs, and different prices. The prices in C.A.T. normally quoted based on per person prices under various range of number of participants.

Konsep Re-enactment Untuk Pengembangan Pariwisata Di Desa Adat

Dalam beberapa artikel di media massa, mulai terlihat ada geliat komunitas 're-enactment' yang cukup menggelitik. Komunitas ini merupakan pecinta sejarah, yang ingin membuat orang yang mempelajarinya tidak merasa bosan. Malah dengan cara mereka, sejarah menjadi nampak lebih hidup, menggairahkan, dan semakin mudah dipahami.

Cara-cara 're-enactment' ini adalah dengan mencoba memerankan kembali peristiwa sejarah di masa lampau sehingga seolah-olah sedang berlangsung seperti kejadian aslinya. Para anggota komunitas ini benar-benar serius sampai-sampai dalam memerankan sejarah itu mereka khusus membuat kostum yang menyerupai aslinya. Peristiwa dan tokoh-tokoh yang mereka perankan pun direka ulang seakurat mungkin. Untuk itu mereka tidak segan-segan melakukan riset terlebih dahulu. Baik itu secara literatur maupun wawancara dengan saksi-saksi sejarah dan para ahli sejarah yang ada.

Dalam kaitannya dengan pengembangan desa adat sebagai daya tarik wisata, pola 're-enactment' ini bisa diterapkan agar kunjungan wisatawan terasa lebih hidup dan mengesankan.
Para penduduk desa bisa didandani agar berperan sesuai dengan kehidupan desa adat tersebut di masa lampau. Jika para penduduk desa itu saat ini sudah berpakaian modern, hendaknya berpakaian ulang sesuai pakaian tradisional mereka. Juga peran-peran perangkat desa di masa silam bisa dihidupkan kembali dengan cara 're-enactment' tadi.