Konsep Re-enactment Untuk Pengembangan Pariwisata Di Desa Adat

Dalam beberapa artikel di media massa, mulai terlihat ada geliat komunitas 're-enactment' yang cukup menggelitik. Komunitas ini merupakan pecinta sejarah, yang ingin membuat orang yang mempelajarinya tidak merasa bosan. Malah dengan cara mereka, sejarah menjadi nampak lebih hidup, menggairahkan, dan semakin mudah dipahami.

Cara-cara 're-enactment' ini adalah dengan mencoba memerankan kembali peristiwa sejarah di masa lampau sehingga seolah-olah sedang berlangsung seperti kejadian aslinya. Para anggota komunitas ini benar-benar serius sampai-sampai dalam memerankan sejarah itu mereka khusus membuat kostum yang menyerupai aslinya. Peristiwa dan tokoh-tokoh yang mereka perankan pun direka ulang seakurat mungkin. Untuk itu mereka tidak segan-segan melakukan riset terlebih dahulu. Baik itu secara literatur maupun wawancara dengan saksi-saksi sejarah dan para ahli sejarah yang ada.

Dalam kaitannya dengan pengembangan desa adat sebagai daya tarik wisata, pola 're-enactment' ini bisa diterapkan agar kunjungan wisatawan terasa lebih hidup dan mengesankan.
Para penduduk desa bisa didandani agar berperan sesuai dengan kehidupan desa adat tersebut di masa lampau. Jika para penduduk desa itu saat ini sudah berpakaian modern, hendaknya berpakaian ulang sesuai pakaian tradisional mereka. Juga peran-peran perangkat desa di masa silam bisa dihidupkan kembali dengan cara 're-enactment' tadi.

Sebenarnya, beberapa profesor bidang pariwisata di India, pernah mengeluarkan tulisan di jurnal ilmiah tentang konsep 'tourism dramaturgy'. Di situ dinyatakan bahwa untuk memberi wisatawan 'experience' yang lebih, maka bisa diberi sentuhan-sentuhan 'drama' di dalam kunjungan wisatawan. Hal ini dicontohkan seperti kunjungan wisatawan ke 'castle' tua di Inggris. Pemandu wisata di sana memberi sentuhan kisah-kisah hantu yang bergentayangan menghuni 'castle' tersebut. Bahkan dalam beberapa kasus, sampai ada orang yang dibayar khusus untuk berperan menjadi hantu sungguhan agar tamu lebih merasa 'excited'. Tentu konsep ini sangat menarik untuk diterapkan di dalam kunjungan-kunjungan ke suatu desa adat. Ada yang berperan menjadi ketua adat, kemudian sebagai leluhur-leluhur, dan sebagainya. Agar lebih menarik, bisa dibuat skenario cerita yang dramatis agar wisatawan lebih larut dalam kunjungannya ke desa adat tersebut.

0 comments:

Post a Comment